Sudut Kota
Ku tatap sebuah peta bertuliskan Pulau Indonesia
Disana mulai ku jajahi sebuah keinginan yang tampak berpijak secara nyata
Indah saat ku dapati keadaan kota yang ramai nan permai
Tanpa ku sadari hati kecil berkata "Indonesiaku kini tlah merdeka"
Terlihat satu keganjalan yang menggebu-gebu kala itu
Terdapat sebuah angan mimpi yang tak terlaksana dengan semestinya
Keadaan kumuh dan tak berarah mulai memutar keras pikiranku
"Benarkah Indonesiaku merdeka?"
Do'a seakan mengalir berharap dan memohon semua kan baik-baik saja
Ku dapati seseorang pememinta belas kasih demi secercah kehidupan
Sebuah kebahagiaan yang mungkin masih tertunda atau mungkin takan terlaksana
"Mengisi perut saja sudah sulit! Apalagi mengisi ilmu!" ujar pertama yang tercurah
Ya! Inilah kehidupan nyata yang sebenarnya tlah bermain dan berdendang berpuluh-puluh tahun silam
"Oh tuhan kuatkan kami!" Ujarnya dengan menengadahkan tangan
Semua ini hanya dimensi si pintar yang dibodohi, dan sibodoh yang diberdayakan
Dimana ego dan gengsi berakhir di tong sampah!
Terhitung jari pahlawan yang sebenarnya
Nyatanya kini tlah musnah tergelincir penguasa yang haus halusinasi
Disana mulai ku jajahi sebuah keinginan yang tampak berpijak secara nyata
Indah saat ku dapati keadaan kota yang ramai nan permai
Tanpa ku sadari hati kecil berkata "Indonesiaku kini tlah merdeka"
Terlihat satu keganjalan yang menggebu-gebu kala itu
Terdapat sebuah angan mimpi yang tak terlaksana dengan semestinya
Keadaan kumuh dan tak berarah mulai memutar keras pikiranku
"Benarkah Indonesiaku merdeka?"
Do'a seakan mengalir berharap dan memohon semua kan baik-baik saja
Ku dapati seseorang pememinta belas kasih demi secercah kehidupan
Sebuah kebahagiaan yang mungkin masih tertunda atau mungkin takan terlaksana
"Mengisi perut saja sudah sulit! Apalagi mengisi ilmu!" ujar pertama yang tercurah
Ya! Inilah kehidupan nyata yang sebenarnya tlah bermain dan berdendang berpuluh-puluh tahun silam
"Oh tuhan kuatkan kami!" Ujarnya dengan menengadahkan tangan
Semua ini hanya dimensi si pintar yang dibodohi, dan sibodoh yang diberdayakan
Dimana ego dan gengsi berakhir di tong sampah!
Terhitung jari pahlawan yang sebenarnya
Nyatanya kini tlah musnah tergelincir penguasa yang haus halusinasi
Komentar
Posting Komentar