PROPOSAL PENELITIAN: Fenomena Kesurupan Penari Pada Acara Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Terbang
Buhun merupakan jenis kesenian daerah yang berkembang di wilayah Bandung.
Istilah Terbang Buhun di daerah Sumedang dikenal dengan nama “Banreng”.
Berdasarkan
istilah tersebut, penulis mengambil penelitian Terbang Buhun atau “Banreng” di
daerah Bandung, khusususnya di Desa Cipedes yang mana Kesenian tradisional
Terbang Buhun khususnya di Desa Cipedes merupakan salah satu Kesenian yang
paling tersohor, bukan hanya di Daerah Majalaya saja, tetapi di berbagai wilayah
Kacamatan Paseh, Ibun, dan Solokan Jeruk. Bahkan karena pementasannya sangat
memukau pernah juga di pentaskan di Bandung.
Memang
sepintas Pementasan Terbang Buhun Cipedes ini tidak berbeda dengan Terbang
Buhun di daerah lain, sama-sama terdiri dari penari, penggendang dan sintren
(sinden). Namun tentunya ada daya tarik tersendiri, sehingga “Terbang Buhun
Cipedes” menjadi kesenian yang di segani masyarakat dan bisa mempertahankan
kualitas pementasan dari tahun 1990-an sampai sekarang, meskipun dalam pementasannya
ada unsure yang tidak patut untuk ditampilkan.
Maka
dari itu penulis tertarik untuk meneliti Kesenian Terbang Buhun untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Jamul Jawami” dan memberikan dukungan terhadap ketua
Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes supaya tetap mempertahankan Warisan
Kesenian Budaya tanpa dibarengi dengan unsure syirik.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Pandangan Pelaku terhadap Fenomena Kesurupan
Penari pada Pementasan Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes?
2.
Bagaimana Pandangan Budayawan terhadap Fenomena Kesurupan
Penari pada Pementasan Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes?
3.
Bagaimana Pandangan Tokoh Agama terhadap Fenomena Kesurupan
Penari pada Pementasan Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui Pandangan
Pelaku terhadap Fenomena Kesurupan Penari pada Pementasan Kesenian Tradisional
Terbang Buhun Cipedes
2.
Mengetahui Pandangan Budayawan terhadap Fenomena Kesurupan
Penari pada Pementasan Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes
3.
Mengetahui Pandangan Tokoh Agama terhadap Fenomena Kesurupan
Penari pada Pementasan Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes
D.
Metode Penelitian
1. Pendekatan,
Jenis, dan Metode Penelitian
Pada penelitian ini, penulis
menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi serta tindakan, secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Metode kualitatif itu sendiri berupa pengamatan, wawancara atau
penelaah dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena memiliki beberapa
pertimbangan:
1.
Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan jamak.
2.
Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden.
3.
Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang di
hadapi.
Berkaitan dengan penelitian Terbang
Buhun ini, sekiranya tepat penulis menggunakan pendekatan penelitan kualitatif,
karena peneliti melakukan pengamatan, wawancara atau penelaah dokumen, yang
mana hal tersebut termasuk dalam metode kualitatif.
Jenis penelitian ini, penulis
menggunakan Penelitian Etnografi (Budaya) yang mana Etnografi itu sendiri
merupakan konsep kebudayaan serta usaha untuk menguraikan kebudayaan atau
aspek-aspek kebudayaan.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang
budaya masyarakat primitif dalam bentuk cara berfikir, cara hidup, adat, berperilaku
dan bersosial. Penelitian Terbang Buhun Cipedes ini berkaitan dengan
unsur-unsur kebudayaan yang kental, sehingga penulis menggunakan peneitian
etnografi
2.
Subjek, dan Objek Penelitian
Dalam menentukan subyek penelitian
Terbang Buhun Cipedes adalah Bapak Enan, dan Bapak Atep. Subyek penelitian
berkaitan dengan kata dan tindakan yaitu dalam pencatatan sumber data utama
peneliti melakukan wawancara dan pengamatan. Hal tersebut merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.
Pada dasarnya, ketiga kegiatan
tersebut adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh semua orang, namun pada
penelitian kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah,
dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan. (Nur,
2018: 17).
Hal tersebut dilakukan sadar dan
terarah karena memang direncanakan oleh peneliti. Terarah karena memang dari
berbagai informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh peneliti.
Senantiasa bertujuan karena peneliti mempunyai seperangkat tujuan penelitian
yang diharapkan dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah penelitian. Dengan
demikan peneliti akan dapat menyaring kata-kata dan tindakan yang relaven saja,
terutama dengan memanfaatkan kriteria inklusi-eksklusi.
Untuk memperoleh data informasi
penelitian kali ini menggunakan tekhnik Purpose Sampling merupakan
subjek/objek penelitian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai artinya
bahwa penentuan subyek itu harus bertujuan untuk meningkatkan kegunaan informan
yang didapat dari subyek yang kecil. Peneliti memilih subyek yang mempunyai
pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti.
3.
Lokasi dan waktu penelitian
Tempat wawancara dilakukan di
Tempatnya Bapak Enan di Desa Cipedes dan rumahnya Bapak Atep di Desa Salamungkal.
Jadwal Penelitian
NO
|
Kegiatan
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
Judul
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Observasi Lapangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pelaporan Penyusuna
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
Informan Penelitian
NO
|
Nama
|
Tanggal Lahir
|
Alamat
|
Pekerjaan
|
1.
|
Enan
|
-
|
Jatinunggal
|
Petani dan peternak
|
2.
|
Atep
|
-
|
Salamungkal
|
Buruh
|
1. Instrumen
penelitian
Instrumen
penelitian ialah media yang diperlukan dalam melakukan penelitian baik secara
variabel maupun tidak yang bertujuan untuk mengetahui fakta dari data yang
telah didapatkan. Dalam hal ini, penulis menggunakan instrumen penelitian yakni
berupa metode kuantitatif dan melakukan wawancara.
a.
Analisis data penelitian
Metode penelitian yang digunakan
penulis dalam penelitian Terbang Buhun Cipedes ini, menggunakan pengamatan
terbuka. Pada pengamatan secara terbuka ini, diketahui oleh subjek, sedangkan
sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat
untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada orang
yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Budaya Kesenian Terbang Buhun
Terbang
Buhun merupakan kesenian tradisonal khas Sumedang. Dimana kesenian tersebut
menjadi tontonan favorit masyarakat sejak tahun 2000-an. Nama lain Kesenian
Terbang Buhun adalah “Banreng” yang memiliki keunikan tersendiri, karena melibatkan
mahluk halus untuk meramaikan suasana, sekaligus menarik perhatian penonton
walaupun sebenarnya hal tersebut ganjal.
Kesenian
Terbang Buhun Cipedes atau nama lainnya Kujang Pusaka Padjadjaran yang
berdiri sejak tahun 1990 ini, didirikan berdasarkan keturunan dari keluarganya
yang ingin melestarikan kebudayaan Kesenian Tradisonal, dan bentukan dari
organisai masyrakat yang mendukung adanya Kesenian Tradisional Terbang Buhun
agar ada di Desanya khususnya Desa Cipedes. (Wawancara Bapak Enan, 2018:
Jatinunggal).
Tata
struktur Organisasi Terbang Buhun Cipedes yang sangat tertata baik, membuahkan
nama yang positif di kalangan masyarakat luar tentang desa tersebut. Biasanya Terbang Buhun yang ada
klimaksnya suatu acara di tandai dengan beberapa anggota penari mengalami
kesurupan atau dengan dirasuki makhluk halus. Dengan dirasuki makkhluk halus
bisa mempunyai kekebalan tubuh, misalnya bisa memakan – makanan yang tidak
lazim dimakan seperti makan sate mentah, telur mentah, mengelupas serabut
dengan mulut, minum air mendisih, danlain sebagainya. (Wawancara Bapak Enan,
2018: Jatinunggal).
Namun
berbeda dengan Kesenian Tradisional Terbang Buhun yang di miliki Desa Cipedes,
para penonton bukan hanya menunggu klimaksnya acara kesurupan, tetapi juga
sangat menimati alunan lagu yang di tabuhkan oleh penggendang dan suara
merdunya sinden, serta gemulainya para penari Terbang Buhun. (Wawancara Bapak
Enan, 2018: Jatinunggal).
Kesurupan
yang di perankan oleh beberapa anggota penari Terbang Buhun Popon tidak
melibatkan dengan mahluk halus, melainkan hanya berpura–pura bertingkah aneh, makanan
yang di sajikan oleh Terbang Buhun Popon ini berupa makan–makanan yang tidak
membahayakan seperti Dawegan, minuman mineral biasa yang sekedar dikasih macam
macam bunga dan lain lain. (Wawancara Bapak Atep, 2018: Salamungkal).
Beda
hal nya dengan Terbang Buhun Cipedes. Pada klimaks kesurupan, makanan yang
disajikan berupa Sate mentah dan makanan yang tak lazim di makan manusia, namun
para penari Terbang Buhun yang memakan makanan yang di sajikan tersebut tidak
mempengaruhi efek samping, karena di bantu dengan dimasuki mahluk halus dalam raganya.
(Wawancara Bapak Enan, 2018: Jatinunggal).
Di
Kesenian Terbang Buhun ini, dalam memilih anggota untuk di jadikan penari dan
sinden, tidaklah sembarang orang, harus memilah beberapa kriteria seperti
sebagai berikut .
1.
Penampilan menarik
2.
Memiliki talenta Menyanyi (Sinden)
Jadi
kesuksesan dalam Terbang Buhun Cipedes ini, di sebabkan adanya sinden, penari
dari kalangan penonton yang secara tak sadar kadang inngin langsung bernari
bersama, pelatihan setiap bulannya dan tidak menggunakan mahluk halus serta
tetap dengan berdo’a kepada Allah agar melancarkan sebuah pertunjukan yang di
tampilkan. (Wawancara Bapak Enan, 2018: Jatinunggal).
B.
Fenomena Kesurupan
Dalam berbagai kasus, kita
menyaksikan sekian keanehan antara hubungan dua alam tersebut yang menimbulkan
berbagai pertanyaan. Diantara bukti keimanan seseorang adalah meyakini berita
perkara-perkara ghaib yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah.diantara perkara
gaib yang diceritakan dalam Al-Quran dan sunnah yang shahih adalah tentang
keberadaan makhluk gaib seperti malaikat.
“Secara psikiatri ada splitting secara personalitas.
Terjadi disosiasi atau kehilangan asosiasi antara dirinya dengan kenyataan,”
kata dr Tun Bastaman, SpKJ(k) dari RS Jiwa Dharmawangsa saat dihubungi
detikHealth, Jumat (7/4/2017).
Dengan kata lain, disosiasi adalah kondisi dimana
seseorang dalam keadaan tidak sadar dan dia menjadi orang lain. Setelah
peristiwa itu terjadi, lanjut dr Tun, yang bersangkutan akan mengalami amnesia.
Nah, amnesia inilah yang disebut sebagai ciri khas dari fenomena kesurupan ini.
C.
Pandangan Islam tentang Kesurupan
Syaikh shalih al-fauzan
menyatakan bahwa beriman tentang keberadaan jin adalah bagian dari keimanan
terhadap perkara-perkara yang ghaib, sebagai bentuk pembenaran terhadap apa
yang diberitakan Allah Azza Wa Jalla dan Rasul-Nya. Perihal tentang mungkinnya
jin masuk ke dalam tubuh manusia merupakan salah satu perbedaan antara jin
dengan malaikat. Hal ini sudah menjadi bahan perdebatan sejak dulu antara ulama
ahlussunnah dengan pengikut aliran mu’tazilah yang bermadzhab rasionalisme.
Hukum masuknya jin ke dalam
tubuh seseorang diluar keinginannya. Akan tetapi, atas kemauan jin itu sendiri
atau atas perintah orang lain seperti tukang sihir dan semisalnya. Maka pada
kondisi ini orang yang dimasuki jin tidak berdosa karena ia di dzalimi dan
disakiti, bahkan ia akan diberi pahala oleh Allah atas kesabarannya. Namun
bukan berarti ia dilarang untuk berusaha mengusir jin tersebut dalam dirinya.
Hukum mengundang jin masuk
kedalam diri seseorang atau memasukannya kedalam orang lain adalah haram dalam
agama dan hukum sebagai perbuatan syirik kepada Allah swt.
D.
Landasan Teori
Dalam
penelitian Kesenian Tradisional Terbang Buhun Cipedes, penulis menggunakan
model teori evolusi. Teori Evolusi sendiri merupakan jenis penulisan yang
melukiskan perkembangan sebuah masyarakat itu berdiri sampai menjadi menjadi
masyarakat yang kompleks. Model ini hanya dapat di terapkan pada bahan kajian
yang memang mencoba mengkaji masyarakat dari mulai berdirinya (Nur, 2018: 17).
Berkaitan
dengan Penelitian Kesenian Terbang Buhun secara umum, ada sedikit mengalami
perubahan dengan adanya perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan. Misalkan saja
secara keseluruhan Kesenian Tradisional Terbang Buhun pada tahun 1990-an, masih
mengandung unsur sirik jika di lihat dari segi Agama Islam.
Contohnya
Terbang Buhun yang ada di Ibun, dilihat dari sisi berdirinya Terbang Buhun
sudah mengalami berbagai ritual. Adapun berbagai ritual yang di Jalankan seperti
dengan memberikan sesajen, ritual sesajen tersebut dilakukan di setiap kali
acara Terbang Buhun hendak dipentaskan. Persyaratan yang harus disiapkan
seperti kemenyan, bunga kanthil, bunga mawar, bunga kenanga, minyak wangi,kopi
hitam, beras, telur ayam kampong dan lain sebagainya. Semua ritual yang
dijalankan semata–mata untuk mendapatkan kekebalann tubuh agar acara yang akan
ditunjukan berjalan dengan lancar dan penonton bisa puas dengan penampilan
Terbang Buhun Ibun. (Wawancara Bapak Enan, 2018: Jatinunggal).
Namun
dengan berkembangnya jaman ada sedikit perubahaan misalkan saja pada Terbang
Buhun Cipedes dari awal berdirinya memang ada suatu organisasi atau dorongan
dari masyarakatnya untuk mendirikan suatu kesenian tradisional yang sehat tanpa
syirik dan ingin desanya di kenal oleh masyarakat luar.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Fenomena Kesurupan Menurut Pelaku
“Kesurupan adalah sesuatu yang
wajar pada saat pementasan acara tradisional terbang buhun, mengapa demikian?
Karena ketika acara terbang buhun berlangsung tanpa adanya penari yang
kesurupan itu terasa hambar dan membosankan.” (Wawancara Bapak Enan, 2018: Jatinunggal).
B.
Fenomena Kesurupan Menurut Tokoh
Masyarakat
“Sebenarnya sangat menarik dan
menggembirakan acara terbang buhun tersebut, namun adakalanya penonton harus
berdesak-desakan karena penuhnya acara tersebut, juga acara yang digelar selalu
sampailarut malam. Hingga pada akhirnya bosan dan pulang karena kesurupan yang
terjadi hanya begitu-begitu saja.”
C.
Fenomena Kesurupan Menurut Tokoh
Ulama
“Fenomena kesurupan yang
terjadi pada saat pementasan acara Tradisional Terbang buhun itu memang
menarik, namun menimbulkan berbagai respon yang miring, karena para penonton
umumnya hanya bermaksiat karena acara tersebut diadakan pada larut malam, juga
D.
Analisis dan Pembahasan
Dapat
disimpulkan bahwa dari ketiga pendapat yang diutarakan oleh pelaku, tokoh
masyarakat, dan tokoh ulama ketiganya mempunyai beberapa argument yang berbeda
dan signifikan. Orang yang berusaha memasukkan jin ke
dalam tubuhnya sendiri untuk menambah kekuatan dan ketangkasan adalah
diharamkan dalam agama dan dihukum sebagai perbuatan syirik kepada Allâh Azza
wa Jalla. Kesurupan dalam istilah medisnya disebut dengan Dissociative Trance
Disorder (DTD). Menurut laporan Eastern Journal of Medicine, kasusnya
lebih banyak dijumpai di negara dunia ketiga dan negara-negara bagian timur
daripada bagian barat.
Seperti
dikutip dari Psychnet, Senin (22/2/2010), ada beberapa gejala yang
biasanya menyerang orang kesurupan diantaranya:
1.
Bertindak lepas kontrol dan berbeda dari biasanya
2.
Hilang kesadaran akan sekitarnya dan tidak sadar dirinya
sendiri
3.
Sulit membedakan kenyataan atau fantasi pada waktu yang sama
4.
Perubahan nada suara
5.
Kesusahan berkonsentrasi
6.
Kadang-kadang hilang ingatan
Jadi
sebenarnya semua yang dilakukan dalam acara tersebut sangatlah disayangkan,
meskipun dalam artian beriman pada yang ghaib itu wajib hukumya, namun bila
dilakukan dengan acara dan ritual berdasarkan sesajen dan tradisi yang
menyimpang maka semua kegiatan itu menjadi syirik.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari
penelitian yang saya teliti mengenai “Fenomena kesurupan penari pada pementasan
kesenian tradisional terbang buhun cipedes” dapat disimpulkan bahwa berdirnya
kesenian tersebut sejak tahun 1990, didirikan berdasarkan keturunan dari
keluarganya yang ingin melestarikan kebudayaan Kesenian Tradisonal yang
merupakan bentukan dari organisai masyrakat yang mendukung adanya Kesenian
Tradisional Terbang Buhun agar ada di Desanya khususnya Desa Cipedes dengan
menggunakan jin sebagai media untuk menghibur dan menggerakkan penari agar
dapat memakan sesuatu yang tidak lazim, contohnya memakan beling, bara api, dan
sate mentah.
Para
penonton bukan hanya menunggu klimaksnya acara kesurupan, tetapi juga sangat
menimati alunan lagu yang di tabuhkan oleh penggendang dan suara merdunya
sinden, serta gemulainya penari Terbang Buhun yang merupakan hasillatihan
selama satu bulan sekali. (Wawancara Bapak Enan, 2018: Jatinunggal).
Di
Kesenian Terbang Buhun Cipedes ini, dalam memilih anggota untuk di jadikan
sinden tidaklah sembarang orang, harus memilah beberapa kriteria seperti
sebagai berikut.
1.
Penampilan menarik
2.
Memiliki talenta Menyanyi (Sinden)
Jadi
kesuksesan dalam Kesenian Terbang Buhun Cipedes di sebabkan adanya pelatihan
para anggota dalam latihan setiap bulannya dan tidak menggunakan mahluk halus
serta tetap dengan berdo’a kepada Allah agar melancarkan sebuah pertunjukan
yang di tampilkan, walaupun mengandung unsur syirik.
B.
Saran
Kesenian tradisional Terbang Buhun merupakan bentuk kesenian
warisan budaya yang tetap kita jaga dan lestarikan. Namun, alangkah baiknya
bila kesenian tradisional Terbang Buhun ini di lestarikan tanpa syirik di dalam
jalannya pementasan atau lebih menonjolkan tarian gemulai khas Terbang Buhun
serta suara merdunya sinden.
DAFTAR PUSTAKA
Lexy Moelang,2010. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdaka
Iskandar.2009. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta:Galung Persada
Lampiran:
Suka teh. Mantap
BalasHapusLanjutin buat blognya