MAKALAH Pendidikan Sepanjang Hayat



KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Pendidikan Sepanjang Hayat dalam ajaran islan”.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen kami Dra. Hj. Ida Nurhaida, M.Ag. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang turut berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini kami susun dengan tujuan memenuhi tugas dan mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan sepanjang hayat dalam ajaran islam. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan bagi kita para pembaca.
Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar.
Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya. Terima kasih.









Bandung, 26 Oktober 2016
Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..…….….
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...………

BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..…………………………………………………..…………………....….
1.2. Rumusan Masalah …………...……..………………………………………………...…....

BAB II: PEMBAHASAN
2.1. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat ………………………………………………...…...
2.2. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Sepanjang Hayat …………………..…...
2.3. Asal Mula Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat ……………………………………....…

BAB III: PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………………………...……..

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...…



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dalam pendidikan didalam agama islam, tentunya kita telah mengenal dan akrap dengan bunyi hadits nabi yang mengatkan bahwa “carilah ilmu mulai ayunan sampai liang lahat” yang saat ini sedang digemborgemborkan.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa pendidikan seumur hidup itu sangatlah penting. Dikarenakan selain memang perintah agama, agar tak ketinggalan peradaban zaman yang semakin maju. Karena apabila sudah ketinggalan jaman, maka mudah sekali dibodohi orang lain. Makanya penting sekali belajar sepanjang hayat.
Walaupun konsep pendidikan sepanjang hayat ini baru dikemukakan dan terkenal setelah di populerkan oleh UNESCO. Padahal islam telah memberikan konsep pendidikan sepanjang hayat ini sejak nabi Muhammad SAW masih hidup.
Maka dari itu pada kesempatan kali ini, penulis akan membaas tentang pendidkan sepanjang hayat, yang mencakup pendidikan pra natal, post natal dan sepanjang hayat. Juga factor-faktornya dan lain-lainnya.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep pendidikan sepanjang hayat?
2.      Apa factor-faktor yang mempengaruhi pendidikan sepanjang hayat?
3.      Bagaimana asal usul pendidikan sepanjang hayat?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    KONSEP PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Konsep, menurut kamus besar indonesia adalah rancangan. Selain itu juga dapat diartikan ide atau pengertian yang diabstraksikan atau juga suatu proses.[1][1] Kata konsep, sebenarnya berasal dari bahasa inggris yakni concept yang berarti bagan, gagasan, rencana, pandangan atau cita-cita yang ada dalam fikiran. Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep dipadankan dengan istilah makna kulli (Arab), yang artinya pikiran (gagasan) yang bersifat umum, yang dapat menenima (generalisasi). Sedangkan dengan makna-makna tersebut, maka konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah sejumlah gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam konteks ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar sepanjang hayat.[2][2]
Belajar sepanjang hayat adalah belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Sebagaimana hadits nabi SAW:
اطلب العلم من المهد الى اللهد
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahad”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan sepanjang hayat adalah suatu rancangan pendidikan yang dimulai dari lahir sampai usia tua atau saat mau meninggal. Bila kita cermati di dalam hadits ini ditegaskan bahwa tonggak awal pendidikan terjadi di dalam lingkup keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan, masyarakat, sekolah dan dunia luar lainnya. Dia terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya terutama kedua orang tuanya. Pendidikan sepanjang hayat atau Long Life Learning adalah pendidikan sepanjang hayat. Yang tentunya pendidikan ini dimulai sejak awal adanya ruh didalam tubuh bayi hingga maut menjemput. Yang mana dalam menempuh pembelajaran ini tentunya ada fase-fase didalamnya. Antara lain ada fase Pra-natal dan juga Post Natal.
1.      Pendidikan Pra-Natal
Pranatal berasal dari kata pre yang berarti sebelum, dan natal berarti lahir, jadi Pranatal adalah sebelum kelahiran, yang berkaitan atau keadaan sebelum melahirkan. Menurut pandangan psikologi Pranatal ialah aktifitas-aktifitas manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan dengan hal-hal sebelum melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam rangka untuk memilih pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani. Pranatal merupakan segala macam aktifitas seseorang mencakup sebelum melakukan pernikahan, setelah melakukan pernikahan, melakukan hubungan suami istri, hamil hingga akan melahirkan. Aktifitas yang dimaksut merupakan segala tindak tanduk laki-laki maupun perempuan. Jadi para pemuda dan pemudi hendaknya segera memperhatikan tingkah lakunya, untuk membiasakan perilaku yang baik. Jika menginginkan anaknya memiliki perilaku yang baik pula.
Pengertian anak dalam kandungan, sebagai yang dikutip Dr. Baihaqi dari Anton Moelono dkk., yaitu “Anak adalah sebagai keturunan kedua setelah ayah dan ibunya. Sedangkan anak dalam kandungan adalah anak yang masih berada didalam perut ibunya atau anak yang belum lahir.”[3][3] Jadi pendidikan pranatal ialah sebagai usaha manusia untuk menumbuh dan kembangkan potensi-potensi pembawaan sejak dalam memilih pasangan hidup dan perkawinan (Prakonsepsi), sampai pada masa kehamilan (Pascakonsepsi), yang masih tergolong Pranatal, dan setelah lahir (postnatal).
Dalam agama Islam memberikan perhatian khusus kepada umatnya, dalam memilih pasangan hidup (jodoh), Rasulullah, SAW, bersabda: “Perempuan dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, kecantikannya, nasabnya, dan agamanya. Maka pilihlah perempuan yang beragama maka engkau akan bahagia.” (HR. Ibnu Majah). Ada empat karakter wanita yang menjadi alasan dinikahi oleh laki-laki, yaitu perempuan yang kaya, perempuan yang cantik, perempuan dari keluarga terhormat dan perempuan yang shalehah. Setiap wanita memiliki salah satu karakter tersebut. Jika seorang pria ingin menikahi wanita yang hanya memiliki salah satu karakter tersebut, sangat dianjurkan untuk memilih wanita yang memiliki karakter shalehah, itu akan menentramkan hatinya.
Dalam Al-Quran dijelaskan larangan memilih pasangan yang berbeda agama, sangat dianjurkan untuk memilih-milih terlebih dahulu sebelum hendak melaksanakan pernikahan, dalam surat Al-Baqarah ayat 221: Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S. Surat Al-Baqarah 2: 211).[4][4][8]
Pendidikan dalam kandungan telah dilakukan sejak lama bahkan Nabi Zakaria a.s dapat menjadi sebuah teladan dalam pendidikan pranatal. Salah satu metode yang dicontohkan oleh nabi zakariya ialah dengan menggunakan methode doa. sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 35: Artinya: “(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Ali-Imran 3:35).
2.      Pendidikan Post-Natal
Post-natal merupakan masa setelah bayi dilahirkan. Yaitu pendidikan-pendidikan yang diberikan kepada anak saat seorang anak telah lahir kedunia. Faktor-factor yang mempengaruhi perkembangan pasca lahir merupakan kondisi lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi setelah dilahirkan. Yang termasuk lingkungan post natal adalah lingkungan biologisnya, factor fisik, factor psikososial dan factor keluarga dan adat istiadat. Dalam seetiap factor factor tersebut, banyak pula hal-hal yang mempengaruhi didalamnya. Seperti halnya factor biologis, hal-hal yang mempengaruhi factor biologis adalah: ras / suku, jenis kelamin, gizi, kelompo seaya, stabilitas rumah tangga.

2.2.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) adalah pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakat yang selalu berubah. Sisi lain pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat meraih keadaan kehidupan yang lebih baik.
Hal-hal yang memyebabkan dan memungkinkan keadaan seperti itu adalah :
a.       Majunya ilmu dan teknologi
b.      Produk-produk teknologi yang perlu di pelajari karena terkait dengan alat-alat kerja
c.       Bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis teknologi
d.      Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan teknologi
Dalam hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.
Tugas perkembangan tersebut adalah:
a.     Tugas perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
b.    Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social dan menjadi warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c.     Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan menurunnya kekuatan fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sosial, agama, persatuan para lanjut usia dan sebagainya.
Dengan demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui belajar, tidak hanya dimulai dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai masa dewasa dan masa tua. Jelas bahwa belajar berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang kehidupan seseorang.[5][5]
2.3.    ASAL MULA KONSEP PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Dalam perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh Nabi SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya: “Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat (al-hadits)”. Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula: “Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”[6][6].
Dengan memperhatikan kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin. Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year). yang mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia dan negara berkembang pada khususnya. UNESCO dan lembaga internasional lainnya mulai melihat problem-problem tertinggalan, kemiskinan hanya dapat diatasi dengan pendidikan dalam format yang menyesuaikan kebutuhan dan dikenakan pada berbagai kelompok umur termasuk orang dewasa.
  Saat negara-negara berkembang mulai menerapkan pendidikan dasar yang perwujudannya adalah wajib belajar, maka mulai terasa bahwa untuk kelompok masyarakat yang kurang beruntung perlu dibantu dengan format pendidikan sepanjang hayat. Hal ini penting dilakukan karena sampai saat ini masih banyak kelompok usia diatas 15 tahun yang buta aksara. Hal ini terjadi karena dalam fikiran kelompok masyarakat tersebut pendidikan kalah penting dengan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Dengan demikian anak lebih penting mencari nafkah daripada bersekolah. Permasalahan tidak berhenti pada buta aksara saja. Kemajuan teknologi juga menantang mereka yang secara ekonomis tidak bermasalah. Kemampuan menggunakan komputer yang perangkat lunaknya selalu berkembang dengan hadirnya perangkat lunak yang baru, maka pengguna komputer harus selalu menyesuaikan agar kemudahan-kemudahan yang ditawarkan software baru dapat dimanfaatkan. Para ilmuan ilmu pendidikan yang semula mengatakan bahwa pendidikan berakhir pada saat individu medewasaan kemudian memerlukan peninjauan kembali terhadap konsep-konsepnya dengan pemikiran tentang pendidikan sepanjang hayat ini.[7][7]



BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
1.     Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan sepanjang hayat adalah suatu rancangan pendidikan yang dimulai dari lahir sampai usia tua atau saat mau meninggal. Bila kita cermati di dalam hadits ini ditegaskan bahwa tonggak awal pendidikan terjadi di dalam lingkup keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan, masyarakat, sekolah dan dunia luar lainnya. Dia terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya terutama kedua orang tuanya.
2.     Hal-hal yang memyebabkan dan memungkinkan keadaan seperti itu adalah :
a.      Majunya ilmu dan teknologi
b.      Produk-produk teknologi yang perlu di pelajari karena terkait dengan alat-alat kerja
c.      Bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis teknologi
d.      Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan teknologi
3.     Dalam perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh Nabi SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya: “Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat (al-hadits)”.
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula: “Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr).
Dengan memperhatikan kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin. Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year).



DAFTAR PUSTAKA


Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin (Trj.),Bandung: Alharamain, 1992.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

 Ibrahim Madkur, al’Mu’jam al-ulm al-ijtima’iyah, al-Maktabah al-Mishriyah, Mesir, 1975.

Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan: Optimalisasi Potensi Anak Sejak Dini, Jakarta: Gema Insani, 2004.

Redja Mudyahardjo,Pengantar Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 1998.

Soelamin Joesoef dan Slamet Santoso, Pendidikan Luar Sekolah, Surabaya : Usaha Nasional, 1981.






        [1][1] Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1990
       [2][2] Ibrahim Madkur, al’Mu’jam al-ulm al-ijtima’iyah, al-Maktabah al-Mishriyah, Mesir,
1975 hal. 176
       [3][3] Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan: Optimalisasi Potensi Anak Sejak Dini, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm, 9.

       [5][5] Redja Mudyahardjo,Pengantar Pendidikan(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada 1998)hlm.169
       [6][6] Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin (Trj.), Diponegoro, Bandung, 1992, hal. 19
       [7][7] Soelamin Joesoef dan Slamet Santoso, Pendidikan Luar Sekolah, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH Perkembangan Moral

MAKALAH Kaidah-Kaidah Ushul Fiqih

MAKALAH Konsep dan Fungsi Manusia Berkualitas